Selasa, 23 September 2014

Pertemuan 4 (Part 2)

Logika

Cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, dan membahas asas-asas/aturan formal serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan untuk mencapai kebenaran yg dpt dipertanggungjawabkan scr rasional. Dalam bahasa Yunani yaitu Logikos yang berarti sesuatu yang diungkapkan/diutarakan lewat bahasa. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Zeno dari Citium (334 – 262 seb. M). Tapi yang menggunakan logika sebagai ilmu adalah Aristoteles.



Logika bukanlah teori belaka. Logika juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Inilah sebabnya mengapa logika disebut filsafat yang praktis.

Obyek logika

  • Objek material logika adalah manusia itu sendiri.
  • Objek formal logika ialah kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang tepat yang tampak melalui ungkapan pikiran melalui bahasa.

Manfaat belajar logika
1. Membantu setiap  orang untuk mampu berpikir kritis, rasional, metodis.
2. Kemampuan meningkatkan kemampuan bernalar secara abstrak.
3. Mampu berdiri lebih tajam dan mandiri.
4. Menambah kecerdasan berpikir, sehingga bisa menghindari kesesatan dan kekeliruan dalam menarik kesimpulan.

Macam-macam Logika

  • Logika kodrat: suatu suasana saat akal budi bekerja menurut hukum logika scr spontan.
  • Logika ilmiah: berusaha mempertajam akal budi manusia agar dpt bekerja lebih teliti atau tepat, sehingga kesesatan dapat dihindari. Dipelajari berbagai aturan, hukum

Logika Formal (Logika minor)
Berbicara tentang kebenaran bentuk. Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran bentuk, bila konklusinya kita tarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya dengan mengabaikan isi yang terkandung dalam argumentasi tersebut. Pernyataan atau premis yang digunakan harus diperhatikan.

  • Semua M adalah P.
  • Semua S adalah M.
  • Jadi, semua S adalah P.

Pola susunan penalaran itu disebut bentuk penalaran. Semua penalaran, apa pun isi atau maknanya, asal bentuknya tepat, dapat dipastikan bahwa penalaran itu sahih.

Logika Material/isi (Logika mayor)
Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran isi apabila pernyataan-pernyataan yang membentuk argumen tersebut sesuai dengan kenyataan. Argumen ilmiah mementingkan struktur penalaran yang tepat atau sahih (valid) sekaligus isi atau maknanya sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain, kebenaran suatu argumen dari segi bentuk dan isi adalah prasyarat mutlak

Logika Induktif dan Deduktif

Induktif
Apa itu logika/penalaran induktif?
Logika/Penalaran induktif adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal/partikular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu. Atas dasar fakta dirumuskan kesimpulan umum. Kesimpulan itu, generalisasi fakta yang memperlihatkan kesamaan. Namun, kesimpulan umum harus dianggap sebagai bersifat sementara. Karena ciri dasar induktif selalu tidak lengkap.


  • Persamaan penalaran induktif dengan deduktif = argumentasi keduanya terdiri dari premis-premis yang mendukung kesimpulan. 
  • Perbedaan: penalaran induksi yang tepat akan punya premis-premis benar tapi kesimpulan salah, karena argumentasi penalaran induktif tidak membuktikan kesimpulan benar. Premis hanya menetapkan kesimpulan berisi suatu kemungkinan.
Tiga ciri penalaran induktif: 
1) Premis penal induktif = proposisi empiris yang ditangkap indera, 
2) Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas daripada apa yang dinyatakan dalam premis. 
3) Meski kesimpulan tidak mengikat, tapi manusia menerimanya. Jadi konklusi induksi memiliki kredibilitas rasional = probabilitas

Generalisasi induktif
  • Arti: Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan tentang semua.
  • Prinsip: Apa yang terjadi beberapa kali dalam kondisi tertentu dapat diharapkan akan selalu terjadi bila kondisi yang sama terpenuhi.
  • Tiga syarat membuat generalisasi: 
    • Tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat pada jumlah tertentu, 
    • Tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku dimana saja. 
    • Dapat dijadikan dasar pengandaian.

Analogi induktif = proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus yang lain yang punya sifat esensial yang sama. Jadi penarikan kesimpulan atas dasar persamaan. Analogi sendiri bicara tentang dua hal yang berbeda dan dibandingkan. Dua hal perlu diperhatikan: persamaan dan perbedaan.

Deduktif
Merupakan suatu proses tertentu dalam proses itu akal budi kita menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘khusus’ dari pengetahuan yang lebih ‘umum’. Induktif dan deduktif selalu berdampingan. Induksi tidak ada tanpa deduksi. Deduksi dijiwai oleh induksi. Dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan, induksi biasanya lebih dulu deduksi, sedangkan dalam logika biasanya deduksi yang terutama di bicarakan lebih dahulu. 

Faktor Probabilitas
  • Kebenaran konklusi dalam logika induktif, baik dalam analogi maupun generalisasi bersifat TIDAK PASTI, karena hanya bersifat mungkin (probabel). Probabilitas = keadaan pengetahuan antara kepastian dan kemungkinan.
  • Tinggi rendahnya probabilitas konklusi induktif dipengaruhi oleh :
    • faktor fakta : ‘makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, akan makin tinggi probabilitas konklusi dan sebaliknya’.
    • faktor analogi : ‘semakin besar jumlah faktor analogi dlm premis, makin rendah probabilitas konklusinya, dan sebaliknya.’ 
    • faktor disanalogi : ‘makin besar faktor disanalogi di dalam premis, akan makin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya’. 
    • faktor luas konklusi : ‘semakin luas konklusi, semakin rendah probabilitasnya, dan sebaliknya’.
Kesesatan generalisasi/analogi
  • Tinggi rendahnya probabilitas penalaran ditentukan faktor subjektif. Faktor ini membawa manusia pada kesesatan (fallacy). Kesesatan penalaran induktif yang terpenting adalah:
    • Tergesa-gesa : cepat menarik kesimpulan dari beberapa fakta.
    • Faktor ceroboh : cepat tarik kesimpulan tanpa memperhatikan soal kondisi lingkungan.
    • Prasangka : memberi penilaian tanpa melihat fakta lain yang tidak cocok.
  • Untuk menghindarinya: membangun sikap kritis, terbuka pada koreksi dan kritik dari orang lain.

Hubungan Sebab-Akibat
Hubungan yang intrinsik, artinya hubungan sedemikan rupa sehingga kalau yang satu ada/tidak ada, maka yang lain juga pasti ada/tidak ada.
Tiga pola hubungan sebab akibat: 
1) dari sebab ke akibat, 
2) dari akibat ke sebab, dan 
3) dari akibat ke akibat

Manfaat logika induktif : Memberikan pembenaran atas kecenderungan manusia yang bersandar pada kebiasaan. Memang tidak pernah bisa merasa pasti atas kebenaran suatu kesimpulan induktif, tapi ada cara tertentu dimana kita dapat menekan kemungkinan kesalahan.

Konfirmasi
Etimologi: Confirmation (Inggris)= penegasan, memperkuat. Berhubungan dengan filsafat ilmu, maka fungsi ilmu pengetahuan adalah menjelaskan, menegaskan, memperkuat apa yang didapat dari kenyataan/fakta.

Ada 2 macam konfirmasi:
  • Konfirmasi Kuantiatif : Untuk memastikan kebenaran, ilmu pengetahuan mengemukakan konfirmasi aspek kuantitatif.
  • Konfirmasi Kualitatif : Kadang, saat konfirmasi tidak dapat digunakan maka digunakanlah konfirmasi  kualiatif. Misalnya seperti wawancara.
Konfirmasi berupaya mencari hubungan yang normatif antara hipotesis dengan fakta-fakta yang ada.

3 jenis konfirmasi : 
  1. decision theory: kepastian berdasarkan keputusan ‘apakah hubungan antara hipotesis dengan fakta punya manfaat aktual’? 
  2. estimation theory: menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar-salah melalui konsep probabilitas. Misal : statistik.
  3. reliability theory: menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas fakta/evidensi yang berubah-rubah terhadap hipotesis.

Inferensi
 suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proposisi (keputusan). Bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki bergerak ke pengetahuan baru.

Jenis Inferensi
Di dalam logika, proses penarikan konklusi dapat dilakukan melalui dua cara. Yakni, cara deduktif dan induktif. Mengingat dua cara tersebut kemudian dikenal istilah inferensi deduktif dan inferensi induktif. Inferensi deduktif terbagi ke dalam dua jenis. Yakni, Inferensi Langsung dan Inferensi Tidak Langsung. Inferensi Tidak Langsung disebut juga sebagai Inferensi Silogistik. 

Inferensi Langsung adalah penarikan kesimpulan (konklusi) hanya dari sebuah premis  (pernyataan). Pernyataan yang dihasilkan sesuai dengan premis-premis yang tersedia dan berhubungan secara logis dengan pernyataan tersebut.

Inferensi tidak langsung adalah penarikan kesimpulan (konklusi) dengan menggunakan dua premis. Premis-premis merupakan proposisi-proposisi yang digunakan untuk membuat konklusi.Proposisi-proposisi yang menjadi premis-premis dalam suatu silogisme disebut antesendens, sedangkan proposisi yang menjadi konklusi disebut konsekuens.


Hukum Inferensi :

  1. Kalau premis-premis benar, maka kesimpulan benar.
  2. Kalau premis-premis salah, maka kesimpulan dapat salah, dapat kebetulan benar.
  3. Bila kesimpulan salah, maka premis-premis juga salah.
  4. Bila kesimpulan benar, maka premis-premisnya dapat benar, tetapi dapat juga salah.

Konstruksi Teori

 Defenisi : teori adalah model/kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami/sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dievaluasi menurut metode alamiah

Dua kutub arti teori : 

  • Kutub 1 : Teori sebagai hukum ekspremiental. Seperti teori Mandel tentang keturunan yang dapat diobservasi.
  • Kutub 2 : Teori sebagai hukum yang berkualitas normal. Seperti teori realitivitas Einstein.

Berkembang dalam 3 periode :

  • Animisme : fase percaya pada mitos. 
  • Ilmu empiris : tolok ukur ilmu paling sederhana adalah 
    •  pengalaman. 
    •  klasifikasi: prosedur paling dasar untuk mengubah data. 
    •  penemuan hubungan-hubungan, 
    •  perkiraan kebenaran.
  • Ilmu teoretis : gejala yang ditemukan dalam ilmu empiris diterangkan dengan kerangka pemikiran.

Konstruksi teori dibangun dengan abstrak generalisasi serta deduksi probabilistik dan deduksi apriori (spekulatif)

3 model konstruksi : 

  • Model korespondensi: kebenaran sesuatu dibuktikan dengan menemukan relevansinya dengan yang lain. 
  • Model koherensi: sesuatu dipandang benar  bila sesuai dengan moral tertentu. Mementingkan kesesuaian antara kebenaran obyektif –rasional universal dan kebenaran moral/ nilai. Model ini digunakan dalam pendekatan fenomenologis.
  •  Model paradigmatis: Konsep kebenaran ditata menurut pola  hubungan yang beragam, menyederhanakan yang kompleks.

3 Aliran Konstruksi Teori


  1. Reduksionisme : teori itu suatu pernyataan yang abstrak, tidak dapat diamati secara empiris, dan tidak dapat diuji langsung.
  2. Instrumentalisme :  teori adalah instrumen bagi pernyataan observasi agar terarah dan terkonstruksi.
  3. Realisme : teori dianggap benar bila real, secara substantif ada,  bukan fiktif.




Based on : materi kuliah



2 komentar:

Unknown mengatakan...

lengkap chen 90 nilainya

Unknown mengatakan...

Udhh lengkapp 95

 

Design By:
SkinCorner